Mengkhianati Cinta-NYA




Kadang hati ini merasa kosong dan sepi. Ingin rasanya berbagi rasa suka dan duka dengan manusia yang kita sebut pasangan. Namun hingga saat ini hati masih menolak membukakan pintu untuk orang yang mengetuknya. Berpikir semakin dalam, apa yang salah dengan diriku? Berulang kali aku mencoba membuka pintu hatiku untuk seseorang diluar sana namun pikiran meracuni agar kembali menutup diri. Apa yang salah dengan diriku?
Ternyata kesalahan ada pada diriku. Ya, aku belum memahami apa yang Dia mau. Aku masih sering mengkhianati cinta-Nya. Rupanya Dia cemburu, Dia tidak mau cintaku teralihkan dengan yang lain selain Dia. Buktinya, saat ku perbaiki hubunganku dengan-Nya. Dia beri aku berbagai pilihan untuk menjadi pendamping. Ya tentunya pendamping yang Dia inginkan adalah sosok manusia yang mampu menambah rasa cintaku pada-Nya, bukan yang memenuhi hati dan pikiranku sehingga aku lupa kepada-Nya.
Kadang diri ini lupa betapa baiknya Dia terhadapku. Saat hatiku sedih, gelisah, resah dan galau. Dia katakan “Ingatlah pada-Ku, maka hatimu akan tenang”. Saat aku menangis, Dia-lah yang meredakan tangisan itu dengan berkata “Aku-lah yang membuatmu tertawa dan menangis”. Permintaan-Nya sangat sederhana yaitu; jangan ada penghalang diantara aku dengan-Nya.
Jika diulik dari sifat-Nya yang tersirat, Dia-lah yang wujud. Ya, Dia-lah yang selalu ada bahkan saat aku lupa akan keberadaan-Nya. Dia-lah yang menjadikan aku ada. Didalam diriku ada jutaan kasih sayang-Nya. Dia titipkan detak jantung, hembusan nafas, penglihatan, pendengaran, perasaan, kemampuan berpikir, berbicara dll. Itu semua milik-Nya. Dia hanya ingin diakui sebagai pemilik segalanya.
 Kemudian, Dia-lah yang Qidam. Ya, Qidam artinya terdahulu. Jika ku pikir lebih jeli, Dia hanya ingin didahulukan dibanding urusanku yang lain. Aku mengerti sekarang, Dia mahaBaik, Dia mahaCemburu. Karena Dia maha Berhak, Dia mahaMampu, dan Dia mahaKuasa.
Nah, sekarang aku tau akar masalahnya kenapa hingga sekarang aku masih mengunci hati untuk orang lain. Alasannya sederhana namun cukup kompleks, yaitu aku masih “meragukan-Nya”. Padahal dalam “surat cinta-Nya” Dia menuliskan bahwa Dia tidak suka diragukan. Bukannya Dia tidak suka aku dekat dengan ciptaan-Nya, jika itu alasannya maka Dia lebih mampu menjauhkan aku dengan ciptaan-Nya. Alasan utamanya adalah karena Dia benci atas keraguanku terhadap-Nya, bahwa Dia amat sangat mampu untuk membolak balikan hati manusia. Hati yang tak terlihat saja mampu Dia bolak-balik dengan mudahnya, apalagi keadaan ku.
Dari situ aku mulai merasakan takut. Aku takut jika pengkhianatanku membuat-Nya marah dan malah membenciku. Aku takut jika suatu saat hatiku berpaling dari-Nya dan Dia membiarkan itu. Aku takut jika Dia enggan mengembalikan aku kepada jalan-Nya. Aku takut jika aku dihukum atas keraguanku. Jika itu terjadi, entah apa jadinya diriku tanpa cinta-Nya.
Ku coba untuk merenung kembali, Dia ciptakan iblis dengan kehebatan yang luar biasa. Namun dengan satu kesalahan, Dia kutuk iblis berikut keturunannya hingga hari akhir. Begitupun dengan Adam, hanya sekali Adam melanggar larangan-Nya. Dia usir Adam keluar dari surga-Nya. Coba bandingkan denganku, berapa banyak kesalahanku pada-Nya? Entah, akankah Dia mengampuni seluruhnya atau hanya menunda hukuman yang akan ku terima.
Wahai Kekasih-ku, aku tidak mau jadi pengkhianat cinta-Mu. Peluk aku dengan kasih-Mu, ingatkan aku bahwa hanya Engkau-lah yang pantas menerima cinta diatas segala cinta. Yakinkan aku dengan kasih sayang-Mu.

Komentar

Postingan Populer